Minggu, 13 April 2025 – Dalam rangka mengenang peristiwa Yesus memasuki Yerusalem, umat Katolik melaksanakan Perayaan Minggu Palma. Perayaan Minggu Palma juga dilaksanakan sebagai tanda bahwa Gereja Katolik telah memasuki pekan suci. Peristiwa ini diperingati di seluruh Gereja Katolik di dunia, begitu pula dengan Stasi Santo Yohanes Paulus II, Bekasi.
Stasi Santo Yohanes Paulus II, sebuah stasi yang berada di naungan Paroki Santo Arnoldus Janssen Bekasi, telah melangsungkan perayaan Ekaristi pada Minggu (13/4) pukul 07.00 WIB. Perayaan Ekaristi ini dipimpin Pastor Antonius Dwi Cahyo atau yang akrab disapa Pastor Cahyo. Perayaan ini menjadi perayaan Minggu Palma pertama yang dilaksanakan di gedung baru milik stasi tersebut. Sebelum perayaan Ekaristi dimulai, ratusan umat memenuhi lapangan SMP Santa Lusia dengan antusias dan keceriaan. Perayaan yang penuh khidmat ini dibuka dengan perarakan, mulai dari lapangan SMP Santa Lusia hingga gedung baru stasi Santo Yohanes Paulus II.
Uniknya, perarakan dilakukan Pastor Cahyo dengan menunggangi seekor kuda. Hal ini dilakukan agar umat semakin merasakan peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem. Ketika perarakan berlangsung, umat pun berarak memasuki gereja dengan melambaikan daun palma. Suasana khidmat nan penuh semangat selama perarakan semakin terasa ketika umat menyanyikan lagu Yerusalem Lihatlah Rajamu.
Perayaan Ekaristi ini dilanjutkan dengan bacaan pertama dan kedua, seperti biasanya. Namun, pada perayaan Ekaristi ini bacaan injil digantikan dengan pembacaan kisah sengsara Yesus yang dilakukan oleh Pastor Cahyo bersama dua orang lektor. Setelah kisah sengsara Yesus dibacakan, Pastor Cahyo selaku rekan Paroki Santo Arnoldus Janssen yang juga pastor moderator untuk stasi Santo Yohanes II ini menyampaikan homili di hadapan para umat.
Pastor Cahyo menekankan bahwa kisah sengsara Yesus yang terdapat dalam injil Lukas ini lebih menunjukkan sosok Yesus sebagai seorang benar yang disalahkan. “Karena tahun ini tahun C maka diambil dari injil Lukas. Penginjil Lukas menyoroti kisahsengsara Tuhan Yesus lebih kepada orang benar yang dipersalahkan. Inilah sesuatu yang menjadi sorotan dari penginjil Lukas. Yesus tidak ditemukan kesalahan pada-Nya. Tetapi akhirnya kita juga tahu apa yang dua ribu tahun lalu, sampai saat ini masih bisa terjadi.” tegas Pastor Cahyo. Melalui homilinya, Pastor Cahyo juga mengajak umat stasi Santo Yohanes Paulus II untuk hidup dengan lebih baik lagi. Dirinya mengharapkan agar para umat mampu menjadi penggerak peradaban baru dari apa yang terjadi pada kisah sengsara Yesus.
Pastor Cahyo mengatakan, “Mereka yang punya niat jahat bisa saling bersekutu, dan orang benar bisa disalahkan. Inilah realita kehidupan kita. Maka kita sebagai pengikut Yesus hendaknya bisa menghentikan hal ini. Inilah tujuannya kita masuk ke dalam agama Katolik, yang bukan hanya agama seremoni, tetapi kita berproses untuk hidup lebih baik lagi,”
“Gereja Katolik mengajarkan kepada kita bahwa Allah sebenarnya sosok yang tidak mudah untuk dilihat secara langsung, maka kita memerlukan sebuah proses. Di Gereja Katolik ada gambar dan patung, itu sebagai proses kita belajar untuk semakin mengenal Tuhan. Ini sebenarnya proses beriman kita, bertahap.” lanjutnya.
Pastor Cahyo menambahkan bahwa selama pekan suci ini umat diharapkan untuk berfokus pada penghayatan iman. Dengan pekan suci ini juga umat dapat belajar mengenai makna kehadiran Tuhan pada Ekaristi. Persiapan hati juga diperlukan dalam menyambut pekan suci ini sehingga umat dapat masuk dalam peristiwa Paskah. Sebelum perayaan Ekaristi diakhiri, Pastor Cahyo menyanyikan sebuah lagu berjudul Via Dolorosa yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘Jalan Kesengsaraan’. Lagu ini seakan kembali menegaskan agar umat kembali merenungi kisah sengsara Yesus, dimulai dari peristiwa Yesus memasuki Yerusalem yang diperingati pada Minggu Palma. (FDS)