RIBUAN UMAT STASI RAWALUMBU ST YOHANES PAULUS II JALANI IBADAH JUMAT AGUNG

Jumat, 18 April 2025 – Dalam rangkaian Tri Hari Suci, ibadah Jumat Agung menjadi momen dimana umat Katolik berduka mengenang sengsara Yesus Kristus. Umat Stasi Yohanes Paulus II juga menggelar ibadah Jumat Agung di gedung baru. Ibadah ini dipimpin oleh Pastor Cahyo yang dibantu Pastor Maxi sebagai konselebrannya.

Ibadah Jumat Agung di stasi ini diikuti dengan khidmat oleh sekitar 4.700 umat. Ibadah dibuka dengan perarakan tanpa diiringi musik. Setelah sampai depan altar, kedua Pastor segera bertiarap. Hal ini menunjukkan kerendahan hati serta penyerahan diri sepenuhnya kepada Yesus Kristus.

Setelah bacaan pertama dan kedua dibacakan, pada ibadah Jumat Agung ini bacaan Injil dibacakan dengan didaraskan. Passio mengisahkan tentang sengsara Yesus, dari penangkapan hingga penurunan jasadnya dari kayu salib.

Perayaan pun dilanjutkan dengan homili yang dibawakan oleh Pastor Maxi. Dalam homilinya, Pastor Maxi menyadarkan umat bahwa dalam dunia yang penuh tipu daya dan persoalan, di bawah dosa dan keterbatasan manusia, ada cinta kasih yang sejati.

“Kekaguman dan cinta terhadap orang-orang di sekitar kita tidak mampu menyamai rasa cinta Allah terhadap kita. Kita mampu mencintai, namun semuanya hanya tersedia ketika kesenangan dan sukacita datang melanda diri kita,” kata Pastor Maxi.

Pastor Maxi juga mengaitkan cinta dengan beberapa tokoh dalam kisah sengsara Yesus. Seperti Yudas, orang yang sangat dekat dengan Yesus, orang yang dicinta dan mencintai Yesus, namun kalah dengan ego-nya dalam perhitungan untung dan rugi. Begitupun Petrus, pemimpin para Rasul, namun kalah dengan perasaan takut dipersalahkan. Terakhir Pilatus, orang yang melihat bahwa Yesus tidak melakukan kesalahan, namun kalah karena nama baiknya dipertaruhkan sehingga mengharuskan dirinya menghukum Yesus.

“Beberapa pribadi ini menunjukkan secara jelas sekaligus mewakili bagaimana cinta manusia dalam perjalanan hidup kita saat kita jatuh pada ego diri kita sendiri. Lalu ada sebuah ungkapan menarik yang bisa digunakan untuk melihat bagaimana peristiwa hari ini berbicara kepada kita. Untuk mendapatkan sepotong roti, orang pasti memberikan uang. Untuk mendapatkan hak, orang pasti memberikan pajak. Maka apa yang harus diberikan untuk mendapatkan cinta sejati Allah? Apakah dosa atau berlaku seturut yang diperintahkan-Nya?” lanjut Pastor Maxi.

Peristiwa salib ini perlu dilihat bukan hanya secara sengsara, tetapi dalam cara Allah membebaskan belenggu maut dan menebus dosa umat Katolik. Peristiwa salib juga harus dilihat dalam cara Allah untuk memberikan cinta-Nya yang paling sejati untuk manusia yang berdosa. Oleh karenanya, umat Katolik diajak untuk melihat ke depan, sebab Allah tidak menghitung dosa-dosa manusia. (FDS)